Sticky Sidebar



○ ■ ¤¤¤¤¤ AGEtv

Kebenaran Iman Seseorang di ukur dengan meninggalkan aturan kufur

Kebenaran Iman Seseorang di ukur dengan meninggalkan aturan kufur
Kebenaran Iman Seseorang di ukur dengan meninggalkan aturan kufur - Banyak ayat dan hadist yang menjelaskan bahwasanya kebenaran keimanan seseorang atau syarat   utama diterima iman seseorang adalah PENOLAKNNYA PADA ATURAN KUFUR. Artinya jika seorang Muslim dalam pengakuan keimannya, jika keimannya atau jika amal ibadahnya mau diteriam Allah swt adalah dirinya harus mengamalkan satu syarat terbesar dalam iman, yaitu dirinya saat itu juga harus meninggalkan aturan kufur yakni aturan buatan manusia (demokrasi-kapitalisme, komunisme dll yang serupa selain islam). 



Jika seorang muslim belum menolak (secara keyakinan dan perbuatan), dan belum meninggalkan atauran buatan manusia dalam kehidupannya, maka sudah dipastikan imannya tidak diterima Allah, syahadatnya juga tidak diterima Allah serta amal ibadahnya juga sia-sia artinya tidak diterima Allah. kenapa demikian? jawabanya adalah:

"Karena siapa saja orang Muslim yang membuat atau membenarkan atau menjalankan sebuah aturan selain aturan Allah swt (aturan buatan manusia-apapun itu namanya), maka dirinya telah membuat aturan tandingan disi Allah otomatis dia telah menyekutukan Allah dengan sesuatu yang selainnya dalam bentuk kesyirikan ketaatan (syariak at-thoat) dimana ketaatan mutlak itu adalah merupakan hak uluhiyyah Alah artinya sebuah perkara yang hanya Allah swt sajalah yang berhak memilikinya. Jadi siapa saja orang msulim yang mengakui atau mengarahkan atau mengajak orang lain untuk mentaati dirinya atau selainnya, padahal ajakannya itu menyalahi aturan Allah (syariat islam) maka, dirinya telah melakukan perbuatan syirik (menyekutukan atau menduakan Allah) dan dirinya menjadi musyrik. Allah SW Menegaskan dalam firmannya: " ... dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik." (Qs. Al-An'am: 121).  Dan dosa syrik inilah yang dapat membatalkan atau menghanguskan setiap pahala dan amal ibadah seseorang. Oleh karena itu keimanan yang tercampuri kesyriakan inilah keiaman yang tidak diterima Allah swt."

Allah swt berfirman:


"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [QS. AN NISA 4:65]

Jadi Benar atau tidaknya keimana dan keislaman seseorang Mulim adalah diukur tatkala dirinya sudah tidak lagi mentaati aturan buatan manusia. Sebaliknya jika dirinya masih mentaaati meski sebagian kecil saja aturan buatan manusia, tidak menjadikan nabi Muhammad utusan Allah (pembawa aturan Allah) sebagai hakim dalam segala macam perkara yang diperselisihkannya, maka Allah swt tidak akan menerima atau menolak keimanan yang demikian.

Kebenaran Iman Seseorang di ukur dengan meninggalkan aturan kufur


---------------------------------------------
NB: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa menyeru kepada hidayah (jalan petunjuk dan kebaikan), maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengikuti (atau mengerjakan)nya tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa orang yang mengikuti (mengerjakan)nya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”. (HR. Muslim no. 6750). Jika Anda ingin mendapatkan pahala investasi (yakni pahala yang hasilnya terus megalir meski anda sudah meninggal-karna disebabkan anda menyampaikan sesuatu dari islam dan ada orang yang iktu mengamalkannya pula, maka Anda akan mendapatkan pahala  sama tidak kurang atau lebih seperti orang yang mengamalkannya dan terus mengalir meski anda telah mati. Mau?), Maka jangan ragu sampaikan lagi informasi dan kabar gembira SUPER DAHSYAT ini kepada yang lainnya!

SHARE info ini. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893) Dengan cara klik tombol sosial media di bawah ini:


BACA JUGA:

Komentar

Popular Posts

Memahami Makna laa ilaha Illa Allah Wajib

Bersatu di bawah Bendera Islam Wajib Bagi kaum Muslimin

Wajibnya Memahami Hakikat Dua Kalimat Syahadat